Pengertian Penalaran Deduktif
Penalaran
deduktif adalah penarikan kesimpulan berdasarkan
premis-premis atau pernyataan dasar dari satu atau beberapa pernyataan.
Maksudnya adalah apa yang dikemukakan di dalam kesimpulan secara tersirat telah
ada di dalam pernyataan tersebut. Jadi, setiap kesimpulan-kesimpulan yang
dihasilkan adalah pernyataan lain dari pernyataan yang telah ada, yang pada
dasarnya adalah sama maksud dan logikanya, yang membedakan adalah cara
penulisannya yang lebih singkat dan langsung pada tujuannya.
Macam-Macam Silogisme
Silogisme dapat dibedakan menjadi tiga: 1) silogisme kategorial; 2) silogisme hipotetis; dan 3) silogisme alternatif.
Silogisme dapat dibedakan menjadi tiga: 1) silogisme kategorial; 2) silogisme hipotetis; dan 3) silogisme alternatif.
A. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Semua mamalia binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya. Kerbau termasuk mamalia. Jadi, kerbau : binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya.
Yang perlu dicermati adalah, bahwa pola penalaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita tidak demikian nampak, entah di realita pembicaraan sehari-hari, lewat surat kabar, majalah, radio, televisi, dan lain-lain. Oleh sebab itu, dalam menyimak atau mendengarkan atau menerima pendapat seseorang, kita perlu berpikir kritis melihat dasar-dasar pemikiran yang digunakan sehingga kita dapat menilai seberapa tingkat kualitas kesahihan pendapat itu.
Dalam hal seperti ini kita perlu mnenentukan: 1) kesimpulan apa yang disampaikan; 2) mencari dasar-dasar atau alasan yang dikemukakan sebagai premis-premisnya; dan 3) menyusun ulang silogisme yang digunakannya; kemudian melihat kesahihannya berdasarkan ketentuan hukum silogisme.
Berdasarkan hal tersebut tentu saja kita akan mampu melihat setiap argumen, pendapat, alasan, atau gagasan yang kita baca atau dengar. Dengan demikian, secara kritis kita mengembangkan sikap berpikir ke arah yang cerdik, pintar, arif, dan tidak menerima begitu saja kebenaran / opini yang dikemukakan pihak lain. Berdasarkan hal inilah akhirnya kita mampu menerima, meluruskan, menyanggah, atau menolak suatu pendapat yang kita terima.
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Semua mamalia binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya. Kerbau termasuk mamalia. Jadi, kerbau : binatang yang melahirkan dan menyusui anaknya.
Yang perlu dicermati adalah, bahwa pola penalaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita tidak demikian nampak, entah di realita pembicaraan sehari-hari, lewat surat kabar, majalah, radio, televisi, dan lain-lain. Oleh sebab itu, dalam menyimak atau mendengarkan atau menerima pendapat seseorang, kita perlu berpikir kritis melihat dasar-dasar pemikiran yang digunakan sehingga kita dapat menilai seberapa tingkat kualitas kesahihan pendapat itu.
Dalam hal seperti ini kita perlu mnenentukan: 1) kesimpulan apa yang disampaikan; 2) mencari dasar-dasar atau alasan yang dikemukakan sebagai premis-premisnya; dan 3) menyusun ulang silogisme yang digunakannya; kemudian melihat kesahihannya berdasarkan ketentuan hukum silogisme.
Berdasarkan hal tersebut tentu saja kita akan mampu melihat setiap argumen, pendapat, alasan, atau gagasan yang kita baca atau dengar. Dengan demikian, secara kritis kita mengembangkan sikap berpikir ke arah yang cerdik, pintar, arif, dan tidak menerima begitu saja kebenaran / opini yang dikemukakan pihak lain. Berdasarkan hal inilah akhirnya kita mampu menerima, meluruskan, menyanggah, atau menolak suatu pendapat yang kita terima.
B. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah model argumentasi yang premis
mayornya berupa proposisi kondisional. Premis mayor ini terdiri dari dua
bagian: bagian pertama mengandung syarat (sebab) yang dimulai dengan “jika…”;
lazimnya disebut antesedens, dan bagian kedua mengandung apa yang disyaratkan
(akibat) yang dimulai dengan “maka…”; lazimnya disebut konsekuens. Dalam
logika, premis mayor dari argumen ini biasanya tersusun dalam empat pola, yakni
: a) “jika A, maka B” b) “jika A, maka bukan B” c) “jika bukan A, maka B”
d)“jika bukan A, maka bukan B”. Argumen kondisional dengan premis mayor yang
tersusun dalam empat pola itu, dikenal dalam dua jenis, yakni argumentasi
kondisional dalam arti luas dan argumentasi kondisional dalam arti sempit. Jika
mahasiswa sudah memahami silogisme hipotesis secara teknis, maka atas dasar
berbagai pertimbangan pikiran, mahasiswa dapat menghindarkan diri dari perilaku
plagiarisme.
C. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas
premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila
premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan
menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Contoh:
Nenek Sumi berada di Bandung atau
Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
D. Entimem
Entimem merupakan bentuk singkat silogisme dengan jalan
mengubah format yang disederhanakan, tanpa menampilkan premis mayor. Bentuk
silogisme ini bisa dimunculkan dalam dua cara: 1) C=B karena C=A, dan 2) Karena
C=A, berarti C=B. Bentuk penalaran ini bisa dikembangkan dalam format yang
lebih detail bagian per bagian yang akan memperbanyak gagasan dan konsep.
Hubungan logis memegang peran utama dalam penalaran tipe ini. Pada umumnya
entimem dimulai dari kesimpulan, hanya saja ada alternatif mengemukakan sebab
untuk sampai kepada kesimpulan.
Contoh:
1. Imey memang siswa yang amat baik masa depannya sebab ia bersekolah di SMA Bina Kerangka.
2. Orang itu pasti jagoan. Bukankah ia berasal dari Hollywood?
3. Temanku sebangku itu amat pintar. Ia memang dilahirkan dalam shio macan.
Bila kita cermati, ketiga contoh tersebut dapat dilacak rangkaian silogismenya. Setelah mengembalikan rangkaian silogismenya, kita lihat validitas-validitas premis, terutama premis mayor sebagai dasar bernalar, serta akurasi premis minornya, untuk menarik kesimpulan.
Contoh:
1. Imey memang siswa yang amat baik masa depannya sebab ia bersekolah di SMA Bina Kerangka.
2. Orang itu pasti jagoan. Bukankah ia berasal dari Hollywood?
3. Temanku sebangku itu amat pintar. Ia memang dilahirkan dalam shio macan.
Bila kita cermati, ketiga contoh tersebut dapat dilacak rangkaian silogismenya. Setelah mengembalikan rangkaian silogismenya, kita lihat validitas-validitas premis, terutama premis mayor sebagai dasar bernalar, serta akurasi premis minornya, untuk menarik kesimpulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar